DOGIYAI - Program Polisi Pi Ajar (Si-Ipar) mulai diminati masyarakat di Distrik Mapia, Kabupaten Dogiyai, Papua Tengah. Hal itu terbukti 2 anak berusia 12 tahun yang putus sekolah minta diajari membaca dan menulis.
Kasubsatgas Wilayah Dogiyai AKP Michael L. Ayomi, S.Sos, menjelaskan melalui Si-Iparnya pihaknya menjaring anak-anak usia dini untuk diajarkan, termasuk anak-anak putus sekolah. Metode pembelajarannya juga berbeda-beda sesuai tingkatan usia mereka.
“Namun hari ini kami kedatangan 2 orang anak yang putus sekolah di tingkat SD dan usianya kini sudah 12 tahun, namanya Samuel Kudupa dan Oktovianus Dakipi. Mereka datang dan meminta untuk diajari membaca dan menulis. Hal ini membuat kami senang, ” jelasnya.
Samuel Kudupa dan Oktovianus selain diajarkan tentang membaca dan menulis, oleh personel Satgas Binmas juga memberikan pelajaran tentang wawasan kebangsaan. Kedepannya, kedua anak ini akan diperjuakan untuk mendapat ijazah paket A dengan harapan agar kembali bersekolah dijenjang formal.
“Mereka bercerita kepada kami, agar kelak bisa pintar dan bisa memiliki cita-cita. Mendengar itu anggota kita senang dan haru, ” pungkasnya.
Michael menuturkan bahwa figur Polisi mengajar memberikan nilai positif dari sisi kedekatan anggota Polri bersama masyarakat. Si-Ipar rutin dilaksanakan personel Binmas Rasaka Cartenz wilayah Dogiyai guna mendukung peningkatan kualitas Pendidikan di Papua.
“Kalau kita lihat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kabupaten Dogiyai cukup rendah yakni sekitar 54, 64 atau dibawah 60. Melalui Si-Ipar kita ingin membantu pemerintah meningkatkan IPM khususnya dari segi pendidikan, ” lugasnya.
Personel Satgas Binmas yakni Aipda Taslim merupakan salah satu pendidik yang ditugaskan untuk mengajari anak-anak binaan. Ia juga sangat sabar memberikan pelajaran berupa membaca dan menulis kepada anak-anak di Distrik Mapia yang tidak bersekolah.
“Secara perlahan, anak-anak bahkan sudah bisa membaca dan menulis, hal ini menandakan bahwa program Si-Ipar memberikan dampak positif untuk pendidikan di Kabupaten Dogiyai, ” kata Aipda Taslim